BANNER HEADER

Langkah BI Jaga Inflasi melalui GNPIP dan Kelompok Tani


BALI - Bank Indonesia (BI), melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP), terus berupaya menekan inflasi daerah dengan menjaga stabilitas harga dan produksi pangan, khususnya di wilayah Bali, Nusa Tenggara Timur, serta Nusa Tenggara Barat (Balinusra). Hal ini diwujudkan melalui sinergi kebijakan dan program dengan pemerintah pusat dan daerah, serta pihak lainnya.

Berbagai upaya dilakukan untuk menekan inflasi dan menjaga stabilitas harga pangan. Antara lain seperti peningkatan produksi on-farm dan off-farm, produksi bibit unggul, optimalisasi lahan tidur, hingga penguatan kerja sama antardaerah untuk menunjang kebutuhan, sesuai komitmen 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, serta komunikasi yang efektif).

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Aida S Budiman menegaskan, sinergi dan inovasi dalam payung Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID), terus dikembangkan di wilayah Balinusra hingga saat ini. Khususnya pada upaya GNPIP yang berfokus pada tujuan utama untuk menjaga inflasi harga pangan.

“Kami memastikan memberikan komitmen penuh untuk menjadi bagian dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, baik dalam inisiatif GNPIP maupun inisiatif lainnya dalam menjaga negeri,” ujarnya dalam pertemuan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) wilayah Balinusra 2025 yang berlangsung di Kantor Bank Indonesia, Denpasar, Bali, Jumat (23/5/2025).

Gubernur Bali I Wayan Koster, yang diwakilkan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra, menyampaikan bahwa meski tingkat inflasi tahunan terjaga, Bali masih bergantung terhadap pasokan beberapa komoditi dari luar. Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama yang kuat antardaerah untuk menyokong stabilitas pangan.

“Bank Indonesia memberikan dukungan luar biasa bagi petani-petani kita, agar komiditi tetap tersedia dan harganya stabil. Alhamdulillah, inflasi di Bali dapat terjaga dan terkendali dengan baik,” tuturnya.

Dukung Petani Lokal Mandiri dan Berdaya Saing

Dalam implementasi menjaga inflasi di daerah, Bank Indonesia memberikan pendampingan kepada tokoh utama dalam dalam rantai pangan, yakni para petani. Di wilayah Bali khususnya, Bank Indonesia mendukung penguatan infrastuktur produksi dan fasilitas pascapanen untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas hasil pertanian.

Penyaluran bantuan sarana prasarana peningkatan produktivitas pertanian ini dilakukan melalui penerapan sistem Smart Farming dan pembangunan Greenhouse, penyediaan bibit varietas unggul, perluasan Good Agricultural Practices (GAP), serta revitalisasi Rice Milling Unit (RMU).

Tim SindoNews berkesempatan untuk melihat langsung pelaksanaan sistem pertanian modern yang diterapkan oleh Kelompok Tani Ternak (KTT) Mekar Nadi Sari, Banjar Bangah, Desa Baturiti, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Selain memiliki latar belakang pernah menjadi wilayah penghasil komoditi cabai terbesar di Bali, KTT Mekar Nadi Sari juga menjadi salah satu kelompok tani yang menerapkan hilirisasi, yakni dengan produk sambal dan bon cabai.

 Ketua KTT Mekar Nadi Sari, I Nyoman Sudiyasa mengatakan, keterlibatan Bank Indonesia telah berhasil membawa kelompok tani yang diketuainya tersebut menapaki era pertanian modern berbasis Internet of Things (IoT). Salah satunya, yakni inisiatif penyiraman tanaman menggunakan aplikasi. Tak hanya menghemat tenaga, sistem ini mampu memangkas waktu penyiraman secara masif.

“Sebelumnya semua penyiraman dilakukan secara manual, sekarang dioperasikan pakai aplikasi. Setelah ada (smart farming) ini, kita cuma pegang HP saja, tanaman sudah bisa teraliri air sangat cepat, dari yang tadinya memakan waktu 40 menit per 10 are, sekarang jadi 5 menit saja. Ini sangat memudahkan kami,” ujarnya.

Selain itu, Bank Indonesia juga membantu pembuatan Rumah Semai, yakni green house yang membantu KTT Mekar Nadi Sari untuk memproduksi bibit sendiri. Inisiatif ini merupakan solusi atas kebutuhan petani terhadap bibit yang selama ini dibeli dari luar wilayah mereka, tetapi terkendala oleh jarak, serta perbedaan cuaca yang menyulitkan bibit untuk bisa beradaptasi, sehingga memiliki risiko kegagalan yang tinggi.

“Rumah Semai dibuat harapannya supaya petani bisa mandiri bibit. Kalau kami sudah bisa produksi sendiri, bibit bisa langsung beradaptasi dan tidak stres. Di sini udara dingin, kalau (bibit) dibeli di daerah panas, ketika dibawa ke sini stres dan perlu adaptasi. Setelah ada Rumah Semai, kini tingkat keberhasilan tinggi sampai 95 persen, sebab cuaca dan situasi sudah mendukung,” tutur Nyoman Sudiyasa.

Deputi Kepala Perwakilan BI Bali Butet Linda H Panjaitan mengatakan, berbagai upaya yang dilakukan tersebut saat ini sudah membuahkan hasil, yakni inflasi terkendali dalam koridor yang ditetapkan pemerintah, yakni 2,30 persen YoY untuk Provinsi Bali, dan 2,06 persen YoY untuk wilayah Balinusra.

“Kami bersinergi dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam gerakan GNPIP ini, karena Bank Indonesia tentu tidak bisa berjalan sendiri. Kami bekerja sama dengan dinas-dinas terkait agar seluruh kebijakan pemerintah daerah bisa saling diselaraskan dengan kondisi di lapangan, termasuk dalam pemberian insentif dan kemudahan kepada para petani,” tuturnya. by sindonewscom

Post a Comment

Previous Post Next Post