BANNER HEADER

Proyek Rudal Golden Dome Akan Mengganggu Keseimbangan Bumi


LONDON
- Baru-baru ini, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan proyek pertahanan rudal baru yang dikenal sebagai Golden Dome (Kubah Emas) untuk Amerika, yang bertujuan untuk melindungi Amerika Serikat (AS) dari serangan eksternal termasuk dari luar angkasa.

Trump mengatakan sistem pertahanan berlapis itu akan menggunakan teknologi terkini yang meliputi darat, laut, dan luar angkasa. Ini akan menjadi sistem pertama yang menempatkan senjata AS di luar angkasa.

Menurut Trump, sistem tersebut mampu mendeteksi dan mencegat rudal dari mana saja di dunia, termasuk jika diluncurkan dari luar angkasa, tetapi ia ingin sistem tersebut siap sebelum akhir masa jabatannya.

Golden Dome menggabungkan kemampuan deteksi dini, intersepsi selama peluncuran, di tengah penerbangan, dan saat-saat terakhir sebelum rudal mencapai targetnya.

Jenderal Gregory Guillot dari Komando Utara AS mengatakan sistem tersebut akan melibatkan tiga lapisan: satu untuk mendeteksi ancaman, satu untuk menangkis ICBM (rudal balistik antarbenua), dan satu lagi untuk rudal jelajah dan ancaman udara.

Pakar pertahanan, pensiunan Jenderal Frank McKenzie, menekankan bahwa waktu terbaik untuk mencegat rudal adalah segera setelah diluncurkan dan ini hanya dapat dilakukan dengan sistem berbasis luar angkasa. 

Ia mengatakan sistem itu realistis dan telah dipelajari sejak lama, dan ia yakin bahwa kemampuan ilmiah AS akan memungkinkannya terwujud.

Analis pertahanan Tom Karako mengatakan Golden Dome dibangun berdasarkan perencanaan jangka panjang, tidak terburu-buru.

Namun, biaya proyek ini sangat besar. Kantor Anggaran Kongres memperkirakan komponen luar angkasa saja mencapai USD542 miliar.

Trump mengatakan proyek itu akan dikembangkan di beberapa negara bagian termasuk Florida, Georgia, Indiana, dan Alaska, yang melibatkan perusahaan pertahanan besar yang belum diumumkan.

Lockheed Martin mendukung inisiatif ini dan menyamakannya dengan "Proyek Manhattan", yang menggambarkan betapa pentingnya proyek ini bagi keamanan AS.

Chief Operating Officer Lockheed, Frank St. John, menjelaskan bahwa sistem tersebut akan bertahan terhadap rudal nuklir, rudal balistik jarak menengah, rudal jelajah, dan berbagai ancaman udara lainnya.

Trump juga mengumumkan bahwa Jenderal Michael Guetlein dari Space Force akan memimpin proyek tersebut, meskipun belum ada pendanaan resmi yang dialokasikan sejauh ini dan proyek tersebut masih dalam tahap konseptual.

 Golden Dome dikatakan terinspirasi oleh sistem Iron Dome milik Israel, yang dikembangkan pada tahun 2011 dan telah berhasil mencegat ribuan roket dengan tingkat keberhasilan lebih dari 90 persen.

Namun, Tiongkok telah mengkritik proyek tersebut, mengklaim bahwa hal itu memicu perlombaan senjata dan meningkatkan risiko ruang angkasa menjadi medan perang.

Bahkan, Beijing telah menggambarkan tindakan AS tersebut sebagai tindakan yang berfokus pada keamanannya sendiri tanpa mempertimbangkan keseimbangan global.

Namun, McKenzie menegur kritik China dengan mengatakan bahwa negara itu sendiri adalah yang paling agresif dalam peperangan antariksa dan menekankan bahwa sistem AS bersifat defensif, bukan ofensif.

Penilaian oleh badan intelijen AS juga menunjukkan bahwa ancaman rudal global semakin kompleks, dengan China dan Rusia secara aktif mengembangkan sistem baru untuk menembus pertahanan AS.

Trump membela proyek tersebut sebagai langkah penting untuk keamanan nasional. "Mahal, ya. Tetapi sepadan jika dapat mencegah serangan nuklir," katanya. by sindonewscom

Post a Comment

Previous Post Next Post